Menteri Kesehatan Rwkamu pada saat hari (20/10) berkata wabah virus Marburg tidak lagi merebak dinegeri itu, dengan alasan tak adanya infeksi baru atau kematian di didalam enam hari terakhir.
Berbincang pada juru warta di Kigali, ibu kota Rwkamu, Sabin Nsanzimana berkata “kita tidak mengalami penularan komunitas,” seraya menammalah kalau semua kasus positif berasal dari daftar kontak orang-orang yang diketahui mengidap virus itu.
Mengidentifikasi dan mengisolasi orang yang terpapar virus itu adalah kunci agar memakhiri wabah virus demam berdarah seperti Marburg.
Baca: Penduduk Lokal Libya di Jerman Ditahan Atas Dugaan Rencana Pengeboman Kedutaan Israel
Rwkamu pernah mendokumentasikan 1.146 kontak atau perebakan.
Nsanzimana berbincang dengan Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebereyesus, yang memuji upaya Rwkamu agar membendung wabah penyakit mirip Ebola. “Aku bisa menyaksikan kalau wabah ini ditangani di bawah kepemimpinan yang kuat,” kata Tedros. “Tetapi kita telah menghadang salah satu virus paling berbahaya di global, dan keberhati-hatian yang berkelanjutan sangatlah krusial.”
Rwkamu memberitahukan wabah ini pada 27 September lalu, dan Dirangkum ini laporkan 15 kematian.
Otoritas kesehatan pernah mengkonfirmasi 44 orang sembuh. Angka resmi memperlihatkan pada saat ini cuma tersisa tiga kasus aktif.
Sebagian besar orang yang terakibat adalah petugas kesehatan yang tertular virus pada saat merawat pasien.
Sebagaimana Ebola, virus Marburg diyakini berasal dari kelelawar buah dan merebak antar manusia melewati kontak dekat dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi atau dengan permukaan, seperti seprai yang terkontaminasi. Tanpa pengobatan, Marburg bisa berdisebabkan fatal pada 88% orang yang anjlok sakit.
Gejala virus ini meliputi demam, nyeri otot, diare, muntah, dan di didalam di antara kasus memicu kematian karena kehilangan banyak darah.
Penduduk Lokal Rwkamu didesak agar menghindari kontak fisik agar membantu mencegah perebakan lebih luas. Sekolah dan perjalanan ke rumah sakit pernah ditangguhkan, dan jumlah orang yang bisa mengikuti pemakkondusif korban Marburg juga dibatasi. Upacara persemaykondusif dan doa dengan di rumah pun dilarang jijika kematian menyinggung virus Marburg.
Baca: Israel Tolak Keras Tuduhan PBB kalau IDF Menarget Pasukan Perdamaian di Lebanon
Kedutaan Besar Amerika di Kigali pernah mendadak seluruh staf agar bekerja dari rumah dan menghindari datang ke kantor.
Belum ada vaksin atau pengobatan resmi agar Marburg.
Wabah Marburg dan kasus manusiaal sebelumnya pernah tercatat di Tanzania, Guinea Ekuatorial, Angola, Kongo, Kenya, Afrika Selatan, Ugkamu, dan Ghana.
Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967 sepernah memicu wabah penyakit secara denganan di laboratorium di kota Marburg, Jerman dan di Beograd, Yugoslavia.
bw53az